Abstrak
Dalam pengembangan sebuah sumur minyak dan gas, tidak hanya tahap drilling dan produksi yang memerlukan data yang banyak dan pengawasan yang cermat untuk tidak hanya memastikan keselamatan kerja tapi juga mengoptimalkan produksi dan mengurangi biaya. Namun ternyata pegembangan sumur termasuk tahap penutupan sumur (Plug and Abandonment) juga memerlukan biaya sesedikit mungkin. Salah satu cara yang dapat diperhitungkan ketika penutupan sumur adalah melakukan penyemenan dengan meninggalkan tubing produksi didalam sumur. Namun, cara ini dapat menimbulkan fluida awal dalam sumur tidak tergantikan dengan baik oleh semen. Karena itu dalam info inovasi kali ini, akan dibahas uji-uji yang dilakukan yang menunjukkan bahwa penyemenan dengan tubing ditinggalkan dalam sumur pada proses Plug and Abandonment dapat dilakukan dengan baik.
Introduction of Plug and Abandonment Cementing Method
Plug and abandonment merupakan tahap dimana sumur memasuki masa-masa penutupan atau isolasi secara permanen zona tekanan dan reservoir. Tahap ini dilakukan dalam beberapa kondisi sepeti sumur tidak lagi dapat memproduksi secara ekonomis maupun kerusakan sumur yang parah dan tidak dapat diperbaiki secara ekonomis. Sumur tersebut harus di isolasi secara permanen untuk menghindari bahaya ke lingkungan sekitar seperti kebocoran ke permukaan atau kontaminasi sumber air yang ada di lingkungan sekitar sumur. Ada banyak metode untuk melakukan penyemenan sumur pada tahap Plug and abandonment seperti balance plug method, cement squeeze method, maupun two dart method. Semua metode tersebut bertujuan untuk melakukan penyemenan ke lubang sumur untuk mengisolasi reservoir secara permanen.
Experiment Method
Pada info inovasi kali ini akan dibahas mengenai apakah proses penyemenan dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan tubing produksi. Percobaan akan dilakukan dengan menggunakan semen konvensional dan expendable dengan kombinasi menggunakan control line dan tidak menggunakan control line. Kualitas penyemenan akan diuji penggunakan uji tekanan oleh air dimana laju kebocoran dan penurunan tekanan akan dicek dan menjadi indikator. Selain itu akan dilakukan pengujian visual dengan melihat hasil penyemenan langsung.
Hasil Percobaan
· Semen Konvensional
Semen konvensional dilakukan uji tekanan dan uji alir pada 9 hari setelah penyemenan dilakukan. Hasil yang ditemukan ternyata ada kebocoran dengan laju alir yang kecil. Kemudian penampang hasil penyemenan ditunjukkan pada gambar berikut
Gambar 2. Irisan Penampang hasil penyemenan dengan control line (kanan) dan tanpa control line (kiri)
(Sumber: SPE-0517–0085-JPT)
Semen Expendable
Pada semen Expendable ditemukan bahwa semen berhasil mengisi ruang dengan hampir sempurna, baik dengan maupun tanpa control line. Hasil penampang dari percobaan ini ditunjukan dengan gambar berikut .
Gambar 3. Irisan Penampang semen expendable hasil penyemenan dengan control line (kanan) dan tanpa control line (kiri)
(Sumber: SPE-0517–0085-JPT)
Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas didapat bahwa ada atau tidaknya mekanisme sentralisasi (control line) tidak terlalu berpengaruh dengan baik tidaknya semen menyemen lubang sumur. Terlihat pula bahwa semen memnuhi ruang dengan baik disekitar control line yang menunjukkan bahwa penyemenan dapat dilakukan dengan baik meskipun tubing produksi ditinggalkan didalam sumur. Dari hasil laju alir juga menunjukkan penggunaan semen expendable menghasilkan mekanisme penyegelan yang lebih baik dibandingkan semen konvensional yang terlihat dari laju kebocoran yang lebih kecil. Hal ini disebabkan sifat dari semen tersebut yang mengembang sehingga menghasilkan mekanisme penyegel yang lebih baik.
Dari hasil uji diatas terbukti bahwa penyemenan dapat dilakukan dengan baik walaupun tubing produksi tidak diangkat melainkan ditinggalkan di dalam sumur. Metode penyemenan ini akan menghasilkan biaya penutupan sumur yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan metode konvensional.
Referensi
Paper SPE-0517–0085-JPT
Post time: Apr-22-2022